Jumat, 13 Mei 2011

makalah psi belajar pai

Teori Psikologi Belajar Behavioristik

1. Tokoh : Burrhus Federic Skinner (Amerika, 1904-1990).
Beliau merupakan tokoh behavioris yang dikenal dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditionong. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara terarah dan dikontrol guru melalui pengulanggan (drill) dan latihan (exercise).

2. Manajemen Kelas
Menurutnya manajemen kelas adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modificatio) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.

Pengkondisian operan (Operant conditioning) adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif dan negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanaya stimulus tertentu.

Contoh perilaku operan : anak kecil tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.

3. Eksperimen Skinner
Dalam laboratorium, Skinner memasukan tikus yang telah dilaparkan, dalam kotak yang disebut “Skinner Box”, yang dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri lisrtik.

Karena dorongan lapar (hunger drive) tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuia peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan hasil percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang berbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan ini oleh Skinner dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.

Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-brntuk pengutan positif ini adalah berupa hadiah (permen, kado, cokelat, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1 dsb).

Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain ; menunda/tidak memberi penghargaan, memberi tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dll).

4. Prinsip belajar Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus diikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman, Untuk ini lingkunhan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknyahadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shapping.

5. Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner
1. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa, menurutnya hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahn. Penggunaaan hukuman verbal maupun fisik seperti : kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

2. Dalam reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan seperti pengunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaiknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam suatu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukan para siswa. Misalnya ; penghargaan di bidang Bahasa, Matematika, Fisika, Menyanyi, Menari atau Olah raga.

6. Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasari yaitu :
a. Mementingkan pengaruh lingkungan.
b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik).
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.


7. Konsekuensi dari teori ini adalah :
a. para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.
b. Guru tidak banyak ceramah dengan instruksi singkat diikuti contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
c. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
d. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.
e. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
f. Kesalahan harus segera diperbaiki.
g. Pengulanggan dan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
h. hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalh terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
i. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
j. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

8. Kritik terhadap teori behavioristik :

Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.

9. Metode Behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti ; kecepatan, spontniyas, kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya. Contohnya : percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang. olahraga, dan sebagainya. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperi diberi permen atau pujian.

10. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan :
a. terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, otoriter, komunikasi berlangung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
b. Murid dianggap pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
c. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar